Senin, 18 Agustus 2014
Ampun Tante.... ampun....
Usiaku saat ini menginjak 35 tahun, menikah dan telah dikaruniai 2 anak, entah kenapa, sesuatu membuatku teringat akan masa laluku tersebut. Kisahku ini terjadi saat aku berumur 20-an tahun, dan aku ingin menceritakan, tepatnya berbagi cerita mengenai pengalaman hidupku, mungkin bisa menjadi pelajaran bagi pembaca sekalian. yang jelas ini adalah murni ceritaku, bukan cerita orang lain apalagi repost... Haram dah... bener... kalo repost berani samber geledek, (awas jangan deket2, ntar ikut kena samber...!)
Kepada pembaca sekalian, sebelum dan sesudahnya, kami ucapkan terima kasih.
Waktu dan tempat kami persilahkan..... (lah kaya MC agustusan ...?)
jadi... begini ceritanya (kok kaya prolog pelem horror ?) :
--- BAB I. JANGAN NGACENG DULU...
Sebut saja namaku Fandi, selepas masa sekolah SMA,aku ingin melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi, namun apa mau dikata, orangtuaku yang hanya bekerja sebagai karyawan sebuah perusahan BUMN yang tergolong kurang bonafid (sorry Be, bukan nyepelein) membuat keinginanku melanjutkan pendidikankupun sirna. "Jangankan buat elu kuliah Tong, buat makan aja kita musti banyak2 ibadah !", puasa senin-kemis maksudnya !, puasanya senin buka-nya kemis !, hiks....
Akhirnya aku mengambil jalan pintas (bukan jalan tikus, ato gang2 kecil maksudnya) dengan mengikuti kursus komputer yang berada di kotaku, selesai kursus aku mencoba untuk mengadu nasib dengan melamar pekerjaan disebuah perusahaan konsultan keuangan.
Setelah melewati proses seleksi penerimaan karyawan (sampe disuruh2 push up dan berlari2 kecil), akhirnya aku diterima diperusahaan tersebut, dengan syarat aku mau ditempatkan dikota yang ditunjuk oleh perusahaan selama beberapa tahun.
Aku menjadi bimbang, antara mencari kerja ditempat lain atau menerima pekerjaan dengan syarat
ditempatkan diluar kota yang mungkin aku belum pernah menginjaknya, Ditengah kebimbanganku itu, aku menceritakan hal tersebut kepada kedua orangtuaku. akhirnya orang tuaku menganjurkan aku untuk mencobanya, "Kamu coba aja dulu, kalo kamu tidak betah, toh kamu bisa keluar dan mencari lagi !" saran bapakku (ya kalo dapet, emang nyari kerja gampah apah ?).
akhirnya dengan tekad yang setengah bulat (kalo telanjang bulat, ntar dibilang orang gila) aku memberanikan diri untuk menerima pekerjaan tersebut. Akhirnya aku ditempatkan di kota B, yang letaknya jauh dari kota asalku. Aku menceritakan hal ini kepada orang tuaku, dengan antusias mereka mengatakan bahwa dikota ini ada saudara sepupu ibuku, dan kedua orangtuaku menyarankan agar aku sementara tinggal dulu dirumah sepupu ibuku tersebut.
Aku mulanya ragu, bagaimana aku harus tinggal dirumah orang yang aku belum mengenalnya sama sekali ?, Ibu dan Bapak menasehatiku dan berpesan supaya aku pandai "Menitipkan Diri" di rumah yang aku tinggali nanti. akhirnya, aku pada waktu yang telah ditentukan berangkat menuju kota B dengan segudang tanda tanya yang menggelayutiku.... (bukan toket...gelayutan, ntu mah nanti gw ceritain !)
------
Tertegun aku menatap rumah didepanku, bukan serem atau angker, tapi mewah banget, gede, halaman luas ada pohon cemaranya lagi, (tau pohon cemara gak ?, itu.. yang kaya disinetron2 orang kaya, bukan pohon beringin yang dipilem2 horor !, tempat burung kutilang bernyanyi...)
Setelah memencet bel cukup lama, tampak seorang wanita setengah baya berlari tergopoh-gopoh (pasti ngebayangin toketnya gondal-gandul deh, …gak yee... tipis banget tuh dadanya) mendekati pagar pintu yang cukup tinggi dan runcing ujungnya itu, (kaya senjatamya tentara keraton).
"Cari siapa ya ?" kata wanita itu dengan mimik gimanaaa gitu...
Set Dah nih ibu, udah tampangnya cakep enggak, jelek enggak, (serem tapi !), memandangku curiga menatap penuh tanya... (kaya lagunya obbie mesakh, yang sekarang susah cari kasetnya).
"Ibu ada ?" Tanyaku,
"Ibu Siapa ?" Sahutnya lagi, dengan muka yang sok di tegas2in.
"eeeeee..... Bu Mala " kataku pelan dan Ragu.
"Ini Den Fandi ?" tanya ibu itu tegas, namun tidak lugas dan dapat dipercaya, kaya guru lagi nanyain PR kita kalo kita lagi males ngerjain. "Iya Bu " jawabku lirih, sambil menunduk dan melihat kuku tanganku, takut diperiksa kalo ada yg item.
"Masuk Den, Ibu udah nunggu dari tadi " katanya sambil cepat2 membuka gerendel pintu dan cepat2 merubah mimik mukanya yang tadi keliatan seperti suster ngesot menjadi seperti tamara, padahal jauh banget, malah lebih mirip mpok nori.
Perlu diketahui pembaca, biar jelek2 gini aku juga masih ada darah ningrat, di akte kelahiranku,
namaku aja depannya ada huruf R terus dikasih Titik, (artinya Raden bukan Robin temennya Batman), emang masih musim ? pake raden2 segala ?, bangga campur malu sih kalo pas diabsen dan dipanggil Raden, semua menengok ke arah aku, ngarepin, kalo yang nunjuk tangan pake jubah dan diatasnya ada mahkota, dan dipergelangan tangannya minimal ada gelang emaslah barang beberapa gram, gak taunya, yang ngacung gw, udah jelek, kucel, mana tangannya busikan lagi, rada2 nyesel sih mereka nengok, bikin pegel leher aja !. kalo ada yang mau pengen aku jual aja nih, gelar raden aku. he.. he...
Aku mengikuti wanita itu, yang kelak aku tahu bahwa dia adalah satu2nya pembantu dirumah ini, Bi Iyem, begitu ia dipanggil, menginjak usianya yang mendekati 50 tahun, hidup tanpa menikah, menurutnya, ia pernah menikah, tetapi suaminya pergi meninggalkannya karena tidak kunjung dikaruniai anak. Alasan klise, pembenaran terhadap kesalahan, daripada tinggal dikampung bengong dan tanpa ada yang mengurus lebih baik ia kerja di kota sebagai pembantu. lumayanlah, itung2 dapat makan, tidur gratis dan lebaran bisa mudik, desek2an di bis, kali aja nemu jodoh (ngarep !!!), dengan membawa oleh2 buat sanak sodara dikampung.
Dengan tampang udik (katro, ndeso), aku menatap ruangan dalam rumah yang serba mewah itu. "Silahkan duduk Den, tunggu sebentar, ibu baru selesai mandi, Nanti Bibi bilang ke Ibu, Aden sudah datang" kata Bi Iyem sambil mempersilahkan aku duduk di ruang tamu.
Tak lama, seorang wanita datang menghampiriku, "Ini Fandi ?" sahutnya sambil senyum, aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala, "Kamu sudah besar, terakhir kali Tante melihatmu, kamu masih SD kali ya ? " sambil memelukku dan mencium pipiku kiri kanan, (mudah2an gak disomasi dan ditegur kaya tukul). Kaget aku dengan perlakuannya yang ramah ini dan berusaha membalas cipika-cipiki beliau.
Wangi beneeer, abis mandi, parfumnya aja asli import, yang kalo disemprotin dibadan, wanginya baru ilang besok, emang elo yang kalo pake parfum seketemunya, kalo pas lagi nebeng mobil temen, liat pewangi mobil maen semprot2 aja ke badan, yang ada wanginya nyebar seruangan kaya abis disemprot foging nyamuk, mendingan wangi kuburan baru, kembang tujuh rupa.
"Gimana kabar Bapak dan Ibu kamu disana ? " tanyanya, dan semua pertanyaan2 basa basi pun diajukan olehnya, (gak perlu semuanya kan harus diceritain pembaca ?, bisa pegel nih gw ngetik, ini aja udah ngos2an). Setelah kurang lebih beberapa jam kami berbasa basi ria (lama amat sih ? emang ngobrolin apaan aja sech ? cape dech !).
"Kamu Istirahat aja dulu, mungkin kamu capek sehabis perjalanan" kata Tante Mala kemudian, "Bi Iyem udah menyiapkan kamar untuk kamu, Tante sore ini mau senam dulu, nanti pulang sebelum magrib, kalo kamu mau makan, makan aja dulu, nanti kita sama2 makan malam ya ?", lanjut Tanteku, "Iya Tante, saya tadi sudah makan, mungkin mau tidur2an aja dulu" sahutku menjawab.
Sang Tante pun mempersilahkan aku untuk menempati sebuah kamar yang berada paling belakang dilantai atas rumah tersebut, perlu diketahui bahwa kamar dirumah ini semuanya ada 5 dan hampir semuanya berada di lantai atas, hanya satu kamar dibawah untuk pembantu, satu kamar ditempati oleh Tanteku itu dan 2 Kamar lain ditempati oleh anak-anaknya. Aku menempati kamar belakang yang menghadap taman dan kolam renang. Waw, tempat yang strategis. didalam kamar layaknya hotel berbintang, kasur yang empuk dan lebar cukup buat 2 orang, televisi 21", ada Video Tape Playernya lagi. mantaap... (Jaman ntu belom Ada DVDlah, jangankan DVD, VCD aja belom ada!).
Mungkin karena lelah, aku langsung merebahkan badanku dan tertidur lelap....
Jam 7 lewat aku dibangunkan Bi Iyem, "Den.. Den... Bangun Den..." terdengar suara Bi Iyem memanggilku sambil mengetuk2 halus pintu kamarku (bukan gedor2lah... emangnya lagi digerebek di hotel ?), "Sudah ditunggu sama Ibu dibawah untuk makan malam " sahutnya kemudian, "Iya Bi, sebentar lagi saya kebawah, saya mau mandi dulu !" jawabku, berusaha untuk bangun, berjalan dan membuka pintu. Aku pun langsung mandi dengan menggunakan Kamar mandi yang letaknya didepan kamarku, juga merupakan kamar mandi yang sering dipakai oleh anak2 dikeluarga ini, sedangkan Tante Mala menggunakan kamar mandi yang berada didalam kamar beliau.
Selesai mandi, aku menuju ke ruang keluarga dan ruang makan dan disana telah menunggu 4 orang yang kesemuanya perempuan dan cantik2, salah satunya adalah Tante Mala, dan aku lalu dikenalkan oleh Tante Mala kepada ketiga putrinya. "Fandi, ini anak2 Tante, kmu mungkin belum mengenal mereka semua, karena memang mungkin dulu sekali waktu kalian masih kecil2 tante masih suka mengajak anak2 tante berkunjung ke keluarga, tp karena mereka sudah besar, susah sekali mengajak mereka" tutur Tanteku. "Om Mirza kebetulan sedang diluar kota, mungkin baru minggu ini om kamu kembali, jadi beginilah disini, kalo om kamu tidak ada, ya tidak ada lelaki dirumah ini " sahutnya kemudian.
Tante Mala, merupakan sepupu ibuku, satu kakek, lain ibu lain ayah (ya namanya juga sepupu, kalo satu ibu satu bapak, sodara sekandung lah), menikah diusia 18 tahun, diumurnya yang mendekati 38 tahun, dikaruniai 3 orang anak, semuanya putri dan cantik2 seperti ibunya, yang tertua Moza 20 thn, yang kedua Mita 18 tahun dan si bontot.... Mumun (lah kok, jauh amat ? mumun, ky nama tukang pecel ?) bukan deng, yg bontot namana Maya, masih SMA 17 Tahun.
Om Mirza, suami Tante Mala, berusia 48 tahun, selisih 10 tahun dengan Tanteku, orangnya ganteng, dengan kumis tebal yang makin membuatnya tampak wibawa, sebagai pengusaha kontraktor pekerjaan sipil yang cukup sukses dengan proyek2 pemerintah. Karena kesibukannya, bisa dibilang ia jarang dirumah, kadang pergi pagi - pulang malam, kadang pergi malam - pulang pagi, kadang pergi lama, bisa 1 sampe 2 bulanan - baru pulang, kadang nganggur dirumah lamaaa - gak pergi2 (kalo lagi gak ada proyek), tapi dia gak pernah sih yang namanya pergi tiga kali puasa, tiga kali lebaran (ntu mah bang Toyib!).
Dalam usianya yang menginjak paruh baya, Tante Mala tidak menampilkan sosok sebagai wanita yang keibuan (kaya ibu2 maksudnya), malah ia lebih nampak sebagai wanita feminin, dengan dandanan yang lebih nampak sebagai wanita gedongan kebanyakan, emangnya emak kite, baru umur 40 taon aja udah kaya umur gocap, boro2 buat beli lipstick, buat beli beras aja udah susah, sukur2 ada uang lebih belanja, kembalian mecin, bisa beli pupur buat bedak, Penampilan Tante Mala memang jauh menggambarkan dari umur sebenarnya. Tepat ditengah ruang keluarga dipajang foto keluarga mereka berlima, Sang Ayah duduk dibangku dan berdiri dibelakangnya 4 wanita cantik layaknya dewa yang dikelilingi oleh 4 bidadari, dan yang mengherankan aku, Tante Mala nampak seperti kakak dari putri2nya, cantik beneeer.
Mungkin untuk menjaga kebugaran dan biar keliatan selalu awet muda, tante Mala rajin merawat tubuhnya, ikutan senam seminggu 2-3 kali, ke Spa seminggu sekali, ke salon semau dia, belum lagi berenang yang tinggal nyebur, yang jelas, uang ada semua ada. Emangnya kita, boro2 ke salon, buat nyukur aja (potong rambut) selama masih ada temen yang bisa nyukur, ya kita manfaatin, dengan modal gunting ma kaca spion bekas, trus nyari tempat yang adem, ya jadi lah kita nyukur, duit buat nyukur lumayan kan bisa beli udud setengah bungkus, Ada kembalian duit logam 2 ratus perak, pas bener buat iseng nyabutin jenggot sambil sesekali besiul godain cewek yang lewat !.
Duh cantik2 bener mereka, sambil mengenalkan diri aku memandang mereka satu persatu, sudah ibunya cantik bapaknya cakep dan ganteng, kaya, yaa pantaslah mereka seperti ini, jadi iri, hehehe.... menunduk malu, yaa maklumlah, tampang gw pan pas2an.. masih untung idup, boro2 berani naksir cewek, masih sukur waktu godain cewek, mereka cuma melengos aja, coba kalo diludahin.. ancurrrr dah, maklumlah, aku kan gini2 juga masih keturanan indo, Indo Jerman, Ibu Jereng Bapak Preman.... hehehe...
Akhirnya suasana pun menjadi akrab, pembicaraan demi pembicaraan mengalir dengan lancar, karena mereka jauh lebih muda dari aku, mereka memanggilku dengan panggilan "Aa" yang artinya kakak. Kaya Aa Gym gituh .. hehehe.. Selama makan malam, banyak pembicaraan yang terjadi, dan aku berusaha untuk mendalami mereka satu persatu (mendalami maksudnya disini artinya memahami karakter dan sifat mereka, bukan mendalami yang itu !!!).
(Seriusin ah ceritanya.....)
Tante Mala, lama-lama kalo kuperhatikan, wajah mirip seperti wajah artis Vina Panduwinata, dengan alis tebal, hidung yang bangir mancung, bibir tipis sensual, pipi halus, rambut panjang sebahu lebih sedikit, ikal bergelombang, tinggi sekitar 158 cm, dengan payudara yang cukup besar menurutku, mungkin dengan lingkar dada 36 dan bercup C, karena dengan mengenakan baju senam, dengan belahan dada yang cukup rendah, selain mengambarkan lekuk tubuhnya yang membuat setiap mata lelaki melotot dan seakan tak mau lepas memandangnya.
Pabrik susu didadanya, layaknya seperti mau tumpah. putih, ranum, dan tampak masih kencang untuk wanita seusianya, dengan mengenakan Bra yang terlihat kokoh melindungi, namun seakan tidak muat menampung seluruh Isinya, bikin jantung deg.. deg.. serrr..... Dan yang lebih membuat pikiranku merantau keawang-awang adalah bentuk pinggul dan pantat beliau, begitu indah, dengan pinggang kecil dan pantat bulat penuh, songgeng seperti bebek seakan mengajak setiap lelaki untuk mengikuti dari belakang kemanapun dia pergi.
Moza, diusianya yang baru menginjak 20 tahun, kuliah tingkat tiga di sebuah PTS ternama, tampak seperti gadis dewasa dengan tubuh tinggi semampai, sekitar 168cm (kayaknya aku kalah tinggi deh, aku cuma 163 cm, maklum lah.. kurang gizi ma keturunan yang kurang bagus .. hiks), tubuh sintal padat, semok, bohay, kenceng deh... mirip seperti sang ibu dengan bentuk payudara yang indah dan menantang.
Dengan wajah yang melankolis, alis tebal, bentuk mata yang bulat dengan sorot mata jernih, dan dilengkapi dengan bibirnya yang tipis merekah, dengan lisptick tipis membuat wajahnya semakin tampak menarik, dengan rambut panjang sedada, bulu2 halus menjalari seluruh tubuhnya terutama dibagian lengan dan kakinya, tampak eksotis, membuat cowok-cowok ingin mendekatinya dan memacarinya dengan segala cara. yang bikin lengkap adalah bentuk pantatnya yang mengikuti jejak sang ibu, duh.. pusing deh...
apalagi ketika melihat dia dengan celana pendek ketat. bawaannya yang kalem, lembut, penuh kedewasaan, orang tak akan menyangka kalo dia masih berumur 20 tahun, orang pasti akan menyangka dia berumur 24 ato 25 tahun.
Mita, Mahasiswi tingkat pertama sebuah kampus pariwisata terkenal, dengan potongan rambut pendek seleher, muka berbentuk oval, hidungnya yang bangir bulat, bibirnya tipis agak lebar seperti penyanyi rosa memperlihatkan sifatnya yang murah senyum, periang, seperti layaknya anak mahasiswi seusianya. tinggi 160cm, dengan berat yang lumayan menurutku, namun jelas memperlihatkan kemontokan dan kemolekan tubuhnya, ditambah lagi dengan gaya berpakaian yang tampak super cuek, kuliah dengan menggunakan baju seragam yang cukup tipis dengan rok lebih dari 10cm diatas lutut, seperti dianjurkan kampus, dan sering tanpa menggunakan kaos dalam, jelas mengundang mata cowok2 untuk lebih menyelami isi dada dari cewek ini, cekakak-cekikik ditelpon merupakan kegiatan rutin sehari-harinya.
Maya, si bungsu yang masih kelas 3 SMA, layaknya anak2 ABG, selalu ingin tahu bagaimana rasanya menjadi cewek dewasa, dengan rambut panjang namun sering diikat, mata bening yang selalu kelihatan malu2 apabila bertatapan dengan cowok. Untuk cewek seumuran dia mungkin kelihatan bongsor, dengan tinggi yang hampir menyamai kakaknya, 160 cm kurasa, namun dengan badan yang cukup ramping, kalo dilihat dari belakang mungkin orang akan menyangka dia adalah seorang wanita dewasa, dan herannya dia memiliki payudara yang menurutku besar, lebih dari ukuran normal untuk anak2 seusianya, namun wajahnyalah yang tidak bisa menipu, kepolosannya memperlihatkan bahwa dia masih ingusan diperlihatkan dengan tingkahnya yang tidak bisa diam dan kadang kecentilan....
malam itu, mungkin karena keasyikan ngobrol, tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 9 malam, Mita dan Mona, undur diri terlebih dahulu, karena mereka besok harus berangkat kesekolah pagi, berangkat dari rumah jam 6 lewat, sedangkan sang kakak dan Ibu masih menemaniku ngobrol sambil menonton televisi di ruang keluarga, tak lama kemudian Tante Mala meninggalkan kami berdua, Aku dan Moza.
"Fan, tante tinggal dulu ya, mau mandi dulu nih, tadi abis senam keringetan, jadi badan tante lengket, kamu terusin aja ngobrol dengan Moza, tapi jangan terlalu malam, kan besok kamu sudah mulai kerja dan Moza juga harus kuliah " kata beliau kepadaku, "Iya, Tan mungkin saya sebentar lagi, maklum Tan, tadi siang tidur, jadi belum ngantuk nih !" sahutku, "Iya mah, lagian Moza juga besok kuliah siang, nanti kalo dah ngantuk juga Moza tidur" menimpali Moza, "Ya udah kalo gitu, Mamah duluan" berkata Tante Mala.
Akhirnya tinggallah kami berdua, mengobrol sana-sini ngalor ngidul, nyerempet soal kuliah, sampai soal pacar, Moza mengaku padaku bahwa saat ini ada mahasiswa seniornya yang PDKT kepadanya, ia masih mikir-mikir, karena saat ini ia masih terikat oleh pacarnya semasa dari sekolah SMA dulu, dan pacarnya itu sedang melanjutkan kuliahnya di Luar Negeri. Antara kesepian karena merindukan sang kekasih nun jauh disana dan keinginan untuk berpacaran normal seperti teman2nya yang lain, yang diapelin malem minggu. duh enak juga ngobrol ma adik sepupuku ini, (ya ujung2nya mah sepupulah, kan gw ma dia masih sodaraan... Week !)
"Kalo Aa sendiri gimana ? Kasian dong pacarnya disana sendirian, aa kerja disini" sambil cengar-cengir dia menanyakan soal itu padaku, "Duh ini dia yang gw takutin.. nyampe juga nih pertanyaan ke gw !, nyesel gw pake nanya2 pacar segala ke dia" gerutuku dalam hati, tapi bukan Fandi namanya kalo gak bisa jawab soal ginian, "Ya gitu deh Moz, palingan juga kalo kangen ditahan2 aja, kalo udah kangen banget palingan Aa telp dia, terus kalo udah kangen berat, pas kebetulan punya duit, ya Aa baliklah pulang dulu.. ! hehehehe... " jawabku sekenanya...padahal boro2 gw punya cewek, cewek darimana pula ?, mana ada yang mau ma gw, udah muka gak ada bagus2nya, badan pendek, kecil, jauh deh dari idaman, paling banter cuman dapetin cewek pembantu tetangga gw yang suka gw isengin kalo lagi pas buang sampah, ntu juga sambil pura2 kerja bakti, dan pura2 gak sengaja nyikut toket tuh pembokat... huakakakak....
Akhirnya moza rupanya juga gak tahan, tak lama kemudian ia pamit padaku untuk masuk ke kamarnya, aku menggangguk kepadanya dan berkata "ya udah kalo kamu dah ngantuk, Aa nanti aja sebentar lagi, belum ngantuk nih, gara2 tadi siang tidur, orang biasanya gak pernah tidur siang". tak sengaja mataku mengikuti langkah Moza menjauhiku, lekuk tubuhnya jelas terbayang dengan T-Shirt putih tipis dan celana pendek hawaiinya, bentuk kakinya yang jenjang seolah terus membayangi mataku. Duh seandainya aku punya cewek seperti dia.. gak akan deh gw sia-siain, kalo perlu gw kacain biar gak kena debu... sayang ah..ntar kalo pas nikah, kalo bisa, tamu-tamu gak gw kasih salaman. takut kotor.... xixixixixi....
Beberapa saat kemudian, bete juga aku sendirian nonton televisi di ruang ini, ah mendingan aku terusin aja nonton dikamar, mulanya memang aku sejak semula ingin menonton televisi dikamar, tapi aku kemudian berpikir, jangan2 mereka semua terganggu akibat berisik suara televisi dikamarku, akhirnya kumatikan juga televisi diruang keluarga.
Dengan pelan (tapi pasti) aku melangkah menuju ke kamarku, menapaki anak tangga, lampu koridor nampak redup, hanya lampu2 kecil saja yang dinyalakan, lampu kristal ditengah ruangan sudah dimatikan, hingga hanya cahaya temaram saja yang menyinari seluruh ruangan. Selesai Melewati Tangga, beberapa langkah di depan sebelah kanan adalah kamar Tanteku, 'Loh kok kamarnya tidak ditutup ?', aku berjalan pelan melewati kamar tidur Tanteku itu, berat rasanya agar kepalaku tidak menoleh kedalam ruangan itu, berusaha untuk melawan kehendak untuk tidak mengarahkan mataku, namun apa daya, ada sesuatu yang mengarahkan kepala dan mataku, keinginan yang lebih kuat.
Ada celah kurang lebih 15 cm yang antara daun pintu dan kusen pintu, namun itu cukup membuatku dapat melihat setengah dari isi kamar, kulihat Tanteku tergolek di tempat tidurnya dengan kepala mengarah ke pintu, dan kaki diujung sana, dengan daster putih, tampak tertidur pulas, ah... mungkin beliau kecapekan, kulihat tv masih menyala dengan suara pelan. uhh.. aku terdiam sesaat dan tertegun menatap tonjolan dadanya dengan belahan yang tampak terlihat jelas menggunung.
duh.. jadi bangun nih si dede, gak tahan aku melihat pemandangan seperti itu, dan mungkin juga agak takut aku, khawatir ada yang melihat aku berdiri di depan kamar Tanteku, ntar disangka mau ngapain lagi ? akhirnya aku kembali berjalan, menuju ke kamarku, kulihat kedua kamar sebelah kanan kiriku lampunya telah padam, mungkin mereka telah tertidur pulas. Segera aku merebahkan diri di ranjangku, entah mengapa bayangan Tanteku terus menempel di otakku, gak mau pergi... dan celakanya si otong gak bisa diajak kompromi, malah berdiri terus, otakku jadi ngeres... duh masa hari pertama gw musti coli (masturbasi/ngeloco) sih ? bisa2 besok pagi gw loyo...bisa kacau nih kerja hari pertama...
berusaha aku melupakan semua bayangan2 kotor tersebut .. sampai akhirnya tertidur pulas....
---
Gw juga capek nih... besok lagi ya gw terusin ...?!
pokoknya mudah2an gw sambung lagi deh....
kalo banyak koment bagus... gw sambung.. namanya juga baru belajar nulis...
Ok Teman, kita sambung lagi minggu depan, pada hari dan jam yang sama...
Diposting oleh
Unknown
di
8/18/2014
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
Ampun Tante.... ampun....
0 komentar:
Posting Komentar